Ketika sebuah keindahan menemukan akhir halamannya
Maka tak ada lagi tempat kosong menuliskan keindahan lain
Jika benar umpamaku yang berkicau itu
Seharusnya ku ambil buku baru ku tuliskan masa indahku yang lain
Tapi ku terlarut
Terlalu menyayangi lembaran-lembaran lalu yang begitu indah
Rasanya terus saja ingin membuka kembali
Membacanya sambil melamun lalu meneteskan mutiara-mutiara air mataku
Aku tak bisa menutupnya begitu saja
Aku memohon pada pemilik buku itu
Aku meminta dan mengemis bersamaan duka yang ku rasa
Aku tak sanggup menjadikan buku itu hanya segumpal kenangan
Menatap lekat mata sang pemilik buku
Meminta lagi..
Memohon lagi
Aku mengemis!!
Namun apa?Buku yang ku cinta
Lembaran-lembaran manis itu
Cerita-cerita yang membawa tawaku terbang
Rusak
Robek
Bersama tumpukan sampah
Terbakar..
Ku tanya kembali
Mengapa harus kau buat ku seperti ini?
Ia hanya tertawa seperti manusia yang tak punya hati
Kata-katanya isyaratkan aku tak berarti
Sejak dulu
Sejak mulai ku tuliskan tawa bahagia ku
Sejak ku tahan duka lara akibat kerinduan yang ku rasa
Sejak begitu banyak air mata ku terurai
Sejak kata cinta terucap tulus dari sang hati
Aku hanya diam yang terdengar hanya kekecewaanku kini
Tak bisa ungkapkan kemarahan yang berkecamuk
Meronta liar dalam hatiku
Aku segera tersenyum
Membalikkan diri dan berlari
Tubuhku bergoncang hebat ditepian jalan
Begitu hinanya kah aku?
Hingga dengan mudahnya permainan ini kau jalankan bersama hatiku yang mencinta...
Langganan:
Komentar (Atom)