Masih teringat suaranya ketika baru saja tersadarkan dari mimpi yang menyeramkan
Lewat deringan lembut aku menggapai suaranya
Terenyuh seketika menfengarkan lantunan nyanyiannya agar terlelap kembali
Larutnya sang malam tak menyurutkan sinar bulan yang ku pandang lewat bilik jendela kecilku
Suaranya masih terdengar jelas..
Tak semerdu alunan melodi
Tapi begitu indah terdengar oleh sang hati
Aku merindukan saat-saat itu
Saat bersamanya
Mungkin tak berhak lagi..
Bahkan tak lagi dapat ku begini merindukannya teramat dalam
Memimpikannya pun aku merasa tak pantas
Bukankah sudah cukup hati yang terbodohi pesonanya?
Mengapa tak urung sang luka mengekang hati
Aku masih bertahan
Masih menangis ketika melalui malam tanpanya
Mengapa?
Bukankah lukanya sudah membuktikan banyak hal?
Bukankah aku sama sekali hanya permainan rongsokkan baginya?
Lepaskan saja
Tolong..
Aku selalu mengemis pada diriku
Tapi ia tak mempunyai belas kasih terhadap raga ku yang letih
Hatiku mengeras, entah kebodohan apa yang merasukinya..
sejenak terdiam
tersesat di kegelapan
menangis tanpa henti
berakhirkah kehidupanku?
bersamaan terhempasnya sang rasa
Hingga menjadi puing-puing yang terinjak
Lukanya takan mengering
Kesedihan menari riang bersama tangisku
Lagi-lagi cinta melukai
Kali ini sungguh dalam
Aku tak bisa beruat apapun
Hanya terdiam nikmati darah yang menetes dari hati
Terjebak dalam duniaku
Aku sendiri
Tak ijinkan siapapun mengisi
Inilah akhir segalanya
Coba saja pungkiri hati yang terluka ini
Nyatanya tak dapat tertutupi
Sakitnya teramat banyak
Merindukan kekasihku yang dulu...
Langganan:
Komentar (Atom)